PERCOBAAN 2
MACAM-MACAM SINYAL DAN
PEMBANGKITANNYA
Tujuan Praktikum:
- Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang bermacam-mcam sinyal dasar yang digunakan dalam pengolahan sinyal digital.
- Mahasiswa dapat merancang program untuk membangkitkan beberapa jenis sinyal dasar yang banyak digunakan dalam analisis Sinyal dan Sistem.
2.1. Dasar
Teori
Dalam Akusisi Data dan
Pengolahan Sinyal, beberapa jenis sinyal banyak dimanfaatkan sebagai pengujian suatu sistem
untuk mengetahui tanggapannya. Beberapa jenis sinyal dasar ini dapat
dibangkitkan melalui sebuah program.
2.1.1
Sinyal
Sinyal adalah suatu isyarat atau pemberitahuan yang dapat ditangkap oleh indera
untuk kepentingan penyampaian peringatan, petunjuk, atau informasi. Sinyal
merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai keadaan tingkah laku
dari sebuah sistem secara fisik. Meskipun sinyal dapat diwujudkan dalam
beberapa cara, dalam berbagai kasus, informasi terdiri dari sebuah pola dari
beberapa bentuk yang bervariasi. Sebagai contoh sinyal mungkin berbentuk sebuah
pola dari banyak variasi waktu atau sebagian saja.
Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari
satu atau lebih variable yang tidak bergantung (independent variable). Sebagai contoh, sinyal wicara akan
dinyatakan secara matematis oleh tekanan akustik sebagai fungsi waktu dan
sebuah gambar dinyatakan sebagai fungsi ke-tajaman-an (brightness) dari dua variable ruang (spatial).
Untuk analisis, sebuah sinyal dapat didefinisikan sebagai
sebuah fungsi matematika yang secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
y = f (x)
dengan x adalah variabel atau peubah yang independen (nilainya tidak
bergantung pada nilai peubah lain) dan y
(sinyal) merupakan peubah yang tidak independen (dalam hal ini nilai y bergantung pada nilai x. Peubah independen menentukan domain
(daerah asal) dari sinyal, misalnya
- y = sin (ωt) adalah suatu fungsi dengan variabel dalam domain waktu (time-domain) t sehingga merupakan sinyal yang berubah terhadap waktu (time-signal).
- x(ω) = 1/(-mω2 + icω + k) adalah sinyal yang mempunyai domain frekuensi yaitu ω atau disebut frequency-domain signal.
- Intensitas citra (image) I(x,y) merupakan sinyal yang mempunyai domain spasial atau disebut spasial-domain signal.
Pada Gambar 2.1, ditunjukkan contoh sinyal fungsi
waktu yang diperoleh dari sebuah rekaman audio.
Gambar 2.1.
Contoh Sinyal Audio
Secara umum, variable yang tidak bergantung (independent) secara matematis diwujudkan
dalam fungsi waktu, meskipun sebenarnya tidak menunjukkan waktu. Terdapat 2
tipe dasar sinyal, yaitu:
1.
Sinyal waktu kontinyu (continous-time
signal)
2. Sinyal waktu diskrit (discrete-time signal)
Pada sinyal kontinyu,
variable independen terjadi terus-menerus dan kemudian sinyal dinyatakan
sebagai sebuah kesatuan nilai dari variable independen. Sebaliknya, sinyal
diskrit hanya menyatakan waktu diskrit dan mengakibatkan variabel independen
hanya merupakan himpunan nilai diskrit.
Fungsi sinyal dinyatakan
sebagai x dengan menyertakan variable dalam tanda (.). Untuk membedakan
antara sinyal waktu kontinyu dengan sinyak waktu diskrit digunakan symbol t untuk
menyatakan variable kontinyu dan simbol n untuk menyatakan variable
diskrit. Sebagai contoh sinyal waktu kontinyu dinyatakan dengan fungsi x(t) dan
sinyal waktu diskrit dinyatakan dengan fungsi x(n). Sinyal waktu diskrit
hanya menyatakan nilai integer dari variable independen.
2.1.2. Sinyal Waktu Kontinyu
Suatu sinyal x(t) dikatakan
sebagai sinyal waktu-kontinyu atau sinyal analog ketika memiliki nilai riel
pada keseluruhan rentang waktu t yang ditempatinya. Sinyal waktu kontinyu dapat didefinisikan dengan
persamaan matematis sebagai berikut.
f (t)≈ (− ∞, ∞) (1)
Fungsi Step
(undak) dan Fungsi Ramp
(tanjak)
Berikut ini ditunjukkan dua contoh sederhana pada
sinyal kontinyu yang memiliki fungsi step (undak) dan fungsi ramp (tanjak). Sebuah fungsi step
seperti pada Gambar 2.2a, dapat diwakili dengan suatu bentuk matematis
sebagai:
Di sini fungsi
undak (step) memiliki arti bahwa amplitudo pada u(t) bernilai nol
pada t < 0 dan bernilai satu untuk semua t ≥ 0.
Gambar 2.2. Fungsi Step dan Fungsi Ramp Sinyal
Waktu Kontinyu
Untuk suatu sinyal waktu-kontinyu x(t),
hasil kali x(t)u(t) sebanding dengan x(t) untuk t > 0
dan sebanding dengan nol untuk t < 0. Perkalian pada sinyal x(t) dengan
sinyal u(t) mengeliminasi suatu nilai non-zero(bukan nol) pada x(t)
untuk nilai t < 0.
Fungsi ramp (tanjak)
r(t) didefinisikan secara matematik sebagai:
Perhatikan
bahwa untuk t > 0, slope (kemiringan) pada r(t) adalah
senilai 1. Sehingga pada kasus ini r(t) merupakan “unit slope”,
yang mana merupakan alasan bagi r(t) untuk dapat disebut sebagai unit-ramp
function. Jika ada variable K sedemikian hingga membentuk Kr(t),
maka slope yang dimilikinya adalah K untuk t > 0. Contoh
bentuk gelombang fungsi ramp ditunjukkan pada Gambar 2b.
Sinyal
Periodik
Sinyal-sinyal periodik muncul secara alamiah dalam
sistem-sistem dimana terjadi rotasi (putaran), misalnya roda gigi atau gearboxes.
Pada pembahasan lain akan diperlihatkan bagaimana sinyal-sinyal periodik dapat
digunakan untuk mempermudah pengujian sebuah sistem; biasanya respon sistem
juga berupa sinyal periodik (untuk sistem linier). Dengan demikian sinyal
deterministik dapat dibagi menjadi dua jenis sinyal yaitu sinyal periodik dan
sinyal aperiodik. Sinyal aperiodik merupakan sinyal yang tidak memenuhi
sifat periodik.
Gambar 2.3 Klasifikasi sinyal deterministik; periodik dan aperiodik
Ditetapkan T sebagai perioda berupa nilai
real positif. Suatu sinyal waktu kontinyu x(t) dikatakan periodik terhadap
waktu dengan periode T jika
x(t + T) = x(t) untuk semua nilai t, − ∞ < t <
∞
Sebagai
catatan, jika x(t) merupakan periodik pada periode T, ini juga
periodik dengan qT, dimana q merupakan nilai integer positif.
Periode fundamental merupakan nilai positif terkecil T untuk persamaan
(5). Suatu contoh, sinyal periodik memiliki persamaan seperti berikut:
x(t) = A cos(ωt + θ)
Disini A
adalah amplitudo, ω
adalah frekuensi dalam radian per detik (rad/detik), dan θ adalah fase dalam radian. Frekuensi f dalam
hertz (Hz) atau siklus per detik adalah sebesar f = ω/2π.
Untuk
melihat bahwa suatu fungsi sinusoida yang diberikan dalam persamaan berikut
adalah fungsi periodik, untuk nilai pada variable waktu t, maka:
Sedemikian
hingga fungsi sinusoida merupakan fungsi periodik dengan periode 2π/ω, nilai ini selanjutnya dikenal sebagai periode fundamentalnya. Sebuah
sinyal dengan fungsi sinusoida x(t) = A cos(ωt+θ) diberikan pada
Gambar 2.4, untuk nilai θ = −π/2 , dan f = 1 Hz.
Gambar 2.4. Sinyal
Periodik Sinusida
Perlu diperhatikan bahwa periodisitas tidak
berarti harus berbentuk sinusoidal, perhatikan gelombang kotak berikut ini yang
juga merupakan sinyal periodik.
Gambar 2.5. Gelombang kotak; sebuah sinyal periodik
Dalam pembahasan yang lanjut nantinya akan
dijelaskan bahwa gelombang kotak mempunyai bentuk fungsional (yaitu deret
Fourier) sebagai berikut.
yaitu
bahwa gelombang kotak tersusun atas superposisi (jumlahan) tak terhingga
gelombang sinus dengan periode τ,
τ /2, τ / 3, .... Hal terpenting yang terlihat di sini
adalah bahwa komponen dengan periode τ
/2, τ / 3, dst terus berulang setelah waktu τ yaitu S(t) = S(t + τ) dan gelombang kotak pada persamaan (1.7)
merupakan sinyal periodik. Dari kenyataan ini sinyal periodik dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu periodik frekuensi tunggal (monofrequency) dan
multifrekuensi (multifrequency).
Gambar
2.6 Klasifikasi Sinyal Periodik;
Frekuensi Tunggal dan Multifrekuensi
Periodisitas yang dinyatakan oleh persamaan (1.5) dan (1.6)
mengimplikasikan bahwa sinyal periodik berulang sepanjang waktu, sehingga
dengan demikian jenis sinyal aperiodik merupakan sinyal yang hanya ada pada
suatu waktu yang tertentu saja. Misalkan tanggapan pendulum teredam yang
dilepaskan dari posisi setimbang θ = θ0 pada saat t = 0 yang dinyatakan
dengan persamaan berikut.
y(t) =θoe-ct cos(ωt)
Gambar 2.7
Respon Transien
Sinyal ini hanya ada untuk waktu yang terhingga saja.
Meskipun nilai e-ct > 0, untuk sebarang waktu t, sistem riil akan dibawa ke titik
setimbang oleh efek pangkat-tinggi (higher order) daripada redaman.
Respon sistem ini diperlihatkan pada Gambar 2.7.
Sinyal-sinyal
yang hanya ada pada suatu jangkauan waktu yang tertentu saja disebut transien.
Beberapa contoh untuk sinyal semacam ini adalah respon sistem terhadap eksitasi
berupa impuls, sebuah ledakan, atau petir (halilintar). Kebalikan dari sebuah
transien adalah sejenis fungsi aperiodik yang tak berhingga. Dalam hal ini periodisitas gagal tercapai karena satu
atau lebih parameter penting sinyal berubah. Misalnya rerata sinyal berubah.
y(t) = at + b cos (ωt)
Pada
Gambar 2.8 diperlihatkan satu contoh sinyal dengan rerata yang ubah waktu.
Gambar 2.8 Sebuah Sinyal dengan
Rerata Ubah Waktu
Sinyal seperti ini dapat terjadi pada sebuah mesin
yang hampir (mendekati) rusak, sehingga karakter yang demikian sangat penting
dalam usaha monitoring kondisi mesin. Jenis sinyal lain yang juga
penting adalah sinyal dengan amplitude yang ubah waktu yang dapat dinyatakan
dengan persamaan
y(t) = at cos (ωt)
Gambar 2.9 Sebuah Sinyal dengan Amplitude Ubah Waktu
Gambar 2.10 Sebuah Sinyal dengan Frekuensi Ubah Waktu
Sinyal
juga dapat bervariasi dalam frekuensinya, misalnya pada persamaan berikut:
y(t) = a cos (ωt2)
Dengan
demikian sinyal aperiodik dapat dibagi menjadi sinyal yang transien dan sinyal aperiodik tak berhingga (infinite aperiodic).
Gambar 2.11.
Klasifikasi Sinyal Aperiodik; Transien dan Infinite Aperiodic
2.1.3
Sinyal Diskrit
Pada teori system diskrit, lebih ditekankan pada
pemrosesan sinyal yang berderetan. Pada sejumlah nilai x, dimana nilai yang ke-x
pada deret x(n) akan dituliskan secara formal sebagai:
x = {x(n)}; −∞ < n < ∞
Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang
ke-n dari suatu deret, persamaan di atas biasanya tidak disarankan untuk
dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit diberikan seperti Gambar (4) Meskipun
absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat penting untuk menyatakan bahwa
x(n) hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n) tidak
bernilai nol untuk n yang bukan integer; x(n) secara sederhana
bukan merupakan bilangan selain integer dari n.
Gambar 2.12 Contoh discrete time signal (a) Digital Periodik (b) n positif
(c) discrete time (d) digital non periodik.
Sekuen
Impuls
Deret unit sample (unit-sampel sequence), δ(n), dinyatakan sebagai deret dengan
nilai:
Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk
sinyal diskrit dan system dnegan fungsi impuls pada sinyal kontinyu dan system.
Deret unit sample biasanya disebut dengan impuls diskrit (diecrete-time
impuls), atau disingkat impuls (impulse).
Gambar 2.13. Sinyal Impuls
Sekuen Step
Unit step dihubungkan dengan unit sample sebagai:
Unit
sample juga dapat dihubungkan dengan unit step sebagai:
δ(n) = u(n) − u(n− 1)
Gambar
2.14 Sekuen Step
Sinus
Diskrit
Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya
berbentuk an, dimana a adalah nilai real. Deret sinusoidal mempunyai
nilai berbentuk Asin(ωon + φ).
Gambar 2.15 Sinyal Sinus Diskrit
Deret y(n) dinyatakan
berkalai (periodik) dengan nilai periode N apabila y(n) = y(n+N) untuk
semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode 2π/ ω0
hanya pada saat nilai real ini berupa berupa bilangan integer. Parameter ω0
akan dinyatakan sebagai frekuensi dari sinusoidal atau eksponensial
kompleks meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi ω0 dapat
dipilih dari nilai jangkauan kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 < ω0
< 2π (atau -π < ω0 < π) karena deret sinusoidal atau
eksponensial kompleks didapatkan dari nilai ω0 yang bervariasi dalam
jangkauan 2πk <ω0< 2π(k+1) identik untuk semua k sehingga
didapatkan ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 0 < ω0
< 2π.
2.2 Perangkat yang Diperlukan
- Satu
buah PC lengkap sound card dan OS
Windows dan telah di-install perangkat
lunak program aplikasi MATLAB.
- Satu set speaker aktif
2.3 Langkah-langkah
Percobaan
Dalam percobaan ini, mahasiswa harus melakukan langkah-langkah sesuai
petnjuk di bawah. Langkah-langkah tersebut harus dibuktikan dalam laporan
dengan cara melampirkan PrtScr yang
telah di crop untuk penyajian yang
lebih bagus dalam laporan. Jawablah setiap pertanyaan dalam langkah-langkah
percobaan !.
2.3.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida
- Di sini kita mencoba membangkitkan sinyal sinusoida untuk itu coba anda buat program seperti berikut:
%-------------------------------------------------
% Nama File : Pembangkik_Sinyal_Sinus.m
%
Oleh : Yulianto
%-------------------------------------------------
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*5);
plot(t,s1,’r’, 'linewidth',2) % Tekan Enter
maka hasilnya adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.16. Contoh Sinyal Sinus
Sinyal yang terbangkit
adalah sebuah sinus dengan amplitudo Amp = 1, frekuensi f = 5Hz dan fase
awal θ = 0. Diharapkan sudah dipahami tiga parameter dasar pada sinyal sinus
ini. Untuk lebih memahami coba lanjutkan dengan langkah berikut.
2. Lakukan perubahan pada
nilai s1:
s1=sin(2*pi*t*10);
Dan
perhatikan apa yang terjadi, kemudian ulangi untuk mengganti angka 10 dengan
15, dan 20. Perhatikan apa yang terjadi!.
3.
Coba anda edit kembali program anda sehingga bentuknya persis seperti pada
langkah 1, kemudian lanjutkan dengan melakukan perubahan pada nilai amplitudo,
sehingga bentuk perintah pada s1 menjadi:
s1=2*sin(2*pi*t*5);
Coba perhatikan apa yang terjadi (prhatikan
angka-angka sekala pada koordinat)? Lanjutkan dengan merubah nilai
amplitudo menjadi 4, 5, 6,… sampai 20. Apa pengaruh perubahan amplitudo pada
bentuk sinyal sinus?
4.
Kembalikan program anda sehingga menjadi seperti pada langkah pertama. Sekarang
coba anda lakukan sedikit perubahan sehingga perintah pada s1 menjadi:
s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/2);
Coba anda
perhatikan, apa yang terjadi? Apa yang baru saja anda lakukan adalah merubah nilai
fase awal sebuah sinyal dalam hal ini nilai θ = π/ 2 = 90o. Sekarang
lanjutkan langkah anda dengan merubah nilai fase awal menjadi 45o,
120o, 180o, dan 225o. Amati bentuk sinyal sinus
terbangkit, dan catat hasilnya.
2.3.2. Pembangkitan Sinyal Persegi
Di sini akan dibangkitkan
sebuah sinyal persegi dengan karakteristik frekuensi dan amplitudo yang sama
dengan sinyal sinus. Untuk melakukannya
ikuti langkah berikut ini:
- Buat sebuah file baru dan beri nama coba_kotak.m kemudian buat program seperti berikut ini.
%-------------------------------------------------
% Nama File : Pembangki_Sinyal_Persegi.m
% Oleh
: Yulianto
%-------------------------------------------------
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=SQUARE(2*pi*5*t);
plot(t,s1,'linewidth',2)
axis([0 1 -1.2 1.2])
maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Gambar
2.17. Contoh sinyal persegi
terbangkit
Dari gambar 2.17 anda dapat melihat sebuah sinyal
persegi dengan amplitudo bernilai 1 dan frekuensinya sebesar 5 Hz.
2. Coba anda lakukan satu perubahan dalam
hal ini nilai frekuensinya anda rubah menjadi 10 Hz, 15 Hz, dan 20 Hz. Apa yang
anda dapatkan?
3. Kembalikan bentuk program menjadi
seperti pada langkah pertama. Sekarang coba anda rubah nilai fase awal menjadi
45o, 120o, 180o, dan 225o. Amati
dan catat apa yang terjadi dengan sinyal persegi terbangkit.
2.3.3
Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan
Di sini akan kita lakukan pembangkitan sinyal
waktu diskrit. Sebagai langkah awal kita mulai dengan membangkitkan sebuah
sekuenunit step. Sesuai dengan namanya, unit step berarti nilainya adalah satu
satuan. Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini.
- Berikut ini akan dibuat program baru untuk membentuk gelombang unit step. Silahkan anda ketikkan perintah seperti program berikut ini dengan nama: Pembangkit_Unit_Step.m
%---------------------------------------------------
% Nama File : Pembangkit_Unit_Step.m
%Oleh :
%---------------------------------------------------
L=input('Panjang
Gelombang (>=40)=' )
P=input('Panjang
Sekuen =' )
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
Gambar
2.18 Contoh Sekuen Step Terbangkit
2. Anda ulangi langkah pertama dengan cara
menjalankan program anda dan masukan nilai untuk panjang gelombang dan panjang
sekuen yang berbeda-beda. Catat apa yang terjadi?
2.3.4
Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa
Di sini akan kita bangkitkan sebuah sinyal waktu
diskrit berbentuk sekuen pulsa, untuk itu ikuti langkah berikut ini:
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
%---------------------------------------------------
% Nama File : Pembangkit_Unit_Pulsa.m
%Oleh :
%---------------------------------------------------
L=input('Panjang
Gelombang (>=40)=' )
P=input('Posisi
Pulsa =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])
Gambar
2.19 Contoh sekuen pulsa terbangkit
2. Jalankan program diatas berulang-ulang
dengan catatan nilai L dan P dirubah-subah sesuai kehendak anda, perhatikan apa
yang terjadi? Catat apa yang anda lihat.
2.3.5 Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit
Pada bagian ini kita akan dicoba untuk membuat
sebuah sinyal sinus diskrit. Secara umum sifat dasarnya memiliki kemiripan
dengan sinus waktu kontinyu. Untuk itu ikuti langkah berikut
1. Buat
program baru dengan perintah seperti berikut.
%---------------------------------------------------
% Nama File : Sinyal_Diskrit1.m
%Oleh :
%---------------------------------------------------
Fs=20;%frekuensi
sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses
normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])
Gambar 2.20 Contoh Sinus Diskrit
2. Lakukan perubahan pada nilai Fs,
sehingga bernilai 30, 40, 50, 60, 70, dan 80. Catat apa yang terjadi ?
3. Lakukan perubahan pada nilai Fs,
sehingga bernilai 18, 15, 12, 10, dan 8. Catat apa yang terjadi?
2.3.6 Pembangkitan Sirine
Di sini akan kita bangkitkan sebuah sinyal yang
dapat memberikan keluaran berupa suara sirine. Karena keluarannya berupa suara maka
selayaknya perlu dipasang speaker aktif yang kompatibel dengan komputer anda. Ikuti
langkah-langkah berikut ini:
1. Buat program baru dengan perintah seperti
berikut dan jalankan!. Apa yang diperoleh.
%---------------------------------------------------
% Nama File : Sinyal_Sirine.m
%Oleh :
%---------------------------------------------------
Fs=8000;
dt=1/Fs;
dur=2.8;
t=0:dt:dur;
psi=2*pi*(100 + 200*t + 500*t.*t);
xx= 7.7*sin(psi);
sound(xx,fs);
psi=sirine;
save sirine;
2. Tulis sirine pada command window MATLAB. Apa yang terjadi?
3.
Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 4000. Catat apa yang
terjadi ?
4.
Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 16000. Catat apa yang
terjadi?
2.3.7 Pembangkitan Nada DTMF
Di sini akan dibangkitkan sebuah sinyal yang dapat
memberikan keluaran berupa nada DTMF. Ikuti langkah-langkah berikut ini:
1.
Buat program baru dengan perintah seperti berikut dan jalankan!. Apa
yang diperoleh.
%---------------------------------------------------
% Nama File : Sinyal_Nada_DTMF.m
%Oleh :
%---------------------------------------------------
% Freq : 1209 | 1336 | 1477
%-----------------------------------
% 697 : 1 | 2 | 3
%-----------------------------------
% 770 : 4 | 5 | 6
%-----------------------------------
% 852 : 7 | 8 | 9
%-----------------------------------
% 941 : * | 0 | #
%-----------------------------------
Fs=8000;
t=0:0.001:1.5;
y1=sin(2*pi*852*t)+sin(2*pi*1209*t);
y2=sin(2*pi*770*t)+sin(2*pi*1477*t);
y3=sin(2*pi*770*t)+sin(2*pi*1477*t);
y4=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1209*t);
y5=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1336*t);
y6=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1209*t);
y7=sin(2*pi*941*t)+sin(2*pi*1477*t);
wavplay(y1,Fs)
wavplay(y2,Fs)
wavplay(y3,Fs)
wavplay(y4,Fs)
wavplay(y5,Fs)
wavplay(y6,Fs)
wavplay(y7,Fs)
2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga
bernilai 4000. Catat apa yang terjadi ?
3. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga
bernilai 16000. Catat apa yang terjadi?
2.3.8. Memanggil Contoh Suara yang Terdapat pada MATLAB
%-------------------------------------------------
% Nama
File : Membaca_dan_Memainkan _File_wav.m
%
Oleh : Yulianto
%-------------------------------------------------
clear
all;
load gong
%memanggil audio data (MAT files).
sound(y,Fs)
Jalankan
program anda, dan anda akan mendengarkan orang tertawa. Coba anda gantikan kata
gong dengan chirp, gong, handel, laughter, splat, dan train
2.3.9.
Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav
Kita mulai bermain dengan file *.wav. Dalam hal
ini dilakukan pemanggilan sinyal audio yang ada dalam hardisk. Langkah yang harus
dilakukan adalah seperti berikut:
1. Simpanlah sebuah lagu ( misalnya:
How_can_I_tell_her.wav) dalam format ”wav” pada folder: work dari MATLAB. Jika
formatnya bukan ”wav”, maka perlu dikonversi terlebih dahulu ke dalam format
”wav” menggnakan program yang lain. Lalu buat file dengan nama: Membaca_dan_Memainkan
_File_wav.m seperti berikut:
%-------------------------------------------------
% Nama
File : Membaca_dan_Memainkan _File_wav.m
%
Oleh : Yulianto
%-------------------------------------------------
Fs=16000;
y1=wavread(' How_can_I_tell_her.wav);
wavplay(y1,Fs,'async') % Memainkan audio sinyal asli
2.
Cobalah untuk menampilkan file audio yang telah anda panggil dalam bentuk grafik
sebagai fungsi waktu. Perhatikan bentuk tampilan yang anda lihat. Apa yang anda
catat dari hasil yang telah anda dapatkan tersebut?
2.4. Data dan Analisis
Anda telah melakukan
berbagai langkah untuk percobaan pembangkitan sinyal baik diskrit mapun kontinyu
dan anda juga sudah mempelajari bagaimana membaca audio
file .wav. dan mengaktifkan speaker melalui perintah dalam MATLAB. Yang
harus anda lakukan adalah: mengujicoba setiap program di atas, memodifikasi
sebagian untuk mempengaruhi pengaruhnya, mencatat dan menjawab setiap
pertanyaan yang ada pada setiap langkah percobaan diatas.
2.5 Tugas
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1.
Coba anda buat sebuah sinyal sinus dan anda simpan menjadi file *.wav.
2.
Buat sebuah program yang terdiri dari beberapa gelombang sinus dengan frekuensi
yang berbeda, kemudian jumlahkan, hasilnya simpan dengan menggunakan file
*.wav. Pindahkan dari work Matlab, ke - file lain. Kemudian click dua kali. Apa
yang terjadi?.
3.
Buat sebuah program yang dapat membangkitkan sebuah bunyi yang mirip alarm.
4.
Buatlah sebuah program sendiri yang mirip dengan program yang terdapat pada
program MATLAB.
5. Buatlah program yang dapat
membangkitkan gelombang diskrit eksponensial menaik dan teredam.
6. Buatlah program yang dapat membangkitkan
gelombang kontimyu dan diskrit parabolik.
cara merubah sinyal fase awal bagaimana?
BalasHapus