Rabu, 20 Maret 2013

Praktikum 2. Pemrosesan Sinyal Digital (Yulianto)



PERCOBAAN 2

MACAM-MACAM SINYAL DAN
PEMBANGKITANNYA
 
Tujuan Praktikum:

  • Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang bermacam-mcam sinyal dasar yang digunakan dalam pengolahan sinyal digital.
  • Mahasiswa dapat merancang program untuk membangkitkan beberapa jenis sinyal dasar yang banyak digunakan  dalam analisis Sinyal dan Sistem.

2.1. Dasar Teori
Dalam Akusisi Data dan Pengolahan Sinyal, beberapa jenis sinyal banyak  dimanfaatkan sebagai pengujian suatu sistem untuk mengetahui tanggapannya. Beberapa jenis sinyal dasar ini dapat dibangkitkan melalui sebuah program.

2.1.1 Sinyal
Sinyal adalah suatu isyarat atau pemberitahuan yang dapat ditangkap oleh indera untuk kepentingan penyampaian peringatan, petunjuk, atau informasi. Sinyal merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai keadaan tingkah laku dari sebuah sistem secara fisik. Meskipun sinyal dapat diwujudkan dalam beberapa cara, dalam berbagai kasus, informasi terdiri dari sebuah pola dari beberapa bentuk yang bervariasi. Sebagai contoh sinyal mungkin berbentuk sebuah pola dari banyak variasi waktu atau sebagian saja.
Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari satu atau lebih variable yang tidak bergantung (independent variable). Sebagai contoh, sinyal wicara akan dinyatakan secara matematis oleh tekanan akustik sebagai fungsi waktu dan sebuah gambar dinyatakan sebagai fungsi ke-tajaman-an (brightness) dari dua variable ruang (spatial).
Untuk analisis, sebuah sinyal dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi matematika yang secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
 y = f (x)


dengan x adalah variabel atau peubah yang independen (nilainya tidak bergantung pada nilai peubah lain) dan y (sinyal) merupakan peubah yang tidak independen (dalam hal ini nilai y bergantung pada nilai x. Peubah independen menentukan domain (daerah asal) dari sinyal, misalnya

  1. y = sin (ωt) adalah suatu fungsi dengan variabel dalam domain waktu (time-domain) t sehingga merupakan sinyal yang berubah terhadap waktu (time-signal).
  2. x(ω) = 1/(-mω2 + icω + k) adalah sinyal yang mempunyai domain frekuensi yaitu ω atau disebut frequency-domain signal.
  3. Intensitas citra (image) I(x,y) merupakan sinyal yang mempunyai domain spasial atau disebut spasial-domain signal.
Pada Gambar 2.1, ditunjukkan contoh sinyal fungsi waktu yang diperoleh dari sebuah rekaman audio.
 Gambar 2.1. Contoh Sinyal Audio

Secara umum, variable yang tidak bergantung (independent) secara matematis diwujudkan dalam fungsi waktu, meskipun sebenarnya tidak menunjukkan waktu. Terdapat 2 tipe dasar sinyal, yaitu:
1. Sinyal waktu kontinyu (continous-time signal)
2. Sinyal waktu diskrit (discrete-time signal)

Pada sinyal kontinyu, variable independen terjadi terus-menerus dan kemudian sinyal dinyatakan sebagai sebuah kesatuan nilai dari variable independen. Sebaliknya, sinyal diskrit hanya menyatakan waktu diskrit dan mengakibatkan variabel independen hanya merupakan himpunan nilai diskrit.
Fungsi sinyal dinyatakan sebagai x dengan menyertakan variable dalam tanda (.). Untuk membedakan antara sinyal waktu kontinyu dengan sinyak waktu diskrit digunakan symbol t untuk menyatakan variable kontinyu dan simbol n untuk menyatakan variable diskrit. Sebagai contoh sinyal waktu kontinyu dinyatakan dengan fungsi x(t) dan sinyal waktu diskrit dinyatakan dengan fungsi x(n). Sinyal waktu diskrit hanya menyatakan nilai integer dari variable independen.

  
2.1.2. Sinyal Waktu Kontinyu
Suatu sinyal x(t) dikatakan sebagai sinyal waktu-kontinyu atau sinyal analog ketika memiliki nilai riel pada keseluruhan rentang waktu t yang ditempatinya. Sinyal waktu kontinyu dapat didefinisikan dengan persamaan matematis sebagai berikut.

f (t)≈ (− ∞, ∞) (1)

Fungsi Step (undak) dan Fungsi Ramp (tanjak)
Berikut ini ditunjukkan dua contoh sederhana pada sinyal kontinyu yang memiliki fungsi step (undak) dan fungsi ramp (tanjak). Sebuah fungsi step seperti pada Gambar 2.2a, dapat diwakili dengan suatu bentuk matematis sebagai:
      




Di sini fungsi undak (step) memiliki arti bahwa amplitudo pada u(t) bernilai nol pada t < 0 dan bernilai satu untuk semua t ≥ 0.

 Gambar 2.2. Fungsi Step dan Fungsi Ramp Sinyal Waktu Kontinyu

Untuk suatu sinyal waktu-kontinyu x(t), hasil kali x(t)u(t) sebanding dengan x(t) untuk t > 0 dan sebanding dengan nol untuk t < 0. Perkalian pada sinyal x(t) dengan sinyal u(t) mengeliminasi suatu nilai non-zero(bukan nol) pada x(t) untuk nilai t < 0.
Fungsi ramp (tanjak) r(t) didefinisikan secara matematik sebagai:


Perhatikan bahwa untuk t > 0, slope (kemiringan) pada r(t) adalah senilai 1. Sehingga pada kasus ini r(t) merupakan “unit slope”, yang mana merupakan alasan bagi r(t) untuk dapat disebut sebagai unit-ramp function. Jika ada variable K sedemikian hingga membentuk Kr(t), maka slope yang dimilikinya adalah K untuk t > 0. Contoh bentuk gelombang fungsi ramp ditunjukkan pada Gambar 2b. 



Sinyal Periodik

Sinyal-sinyal periodik muncul secara alamiah dalam sistem-sistem dimana terjadi rotasi (putaran), misalnya roda gigi atau gearboxes. Pada pembahasan lain akan diperlihatkan bagaimana sinyal-sinyal periodik dapat digunakan untuk mempermudah pengujian sebuah sistem; biasanya respon sistem juga berupa sinyal periodik (untuk sistem linier). Dengan demikian sinyal deterministik dapat dibagi menjadi dua jenis sinyal yaitu sinyal periodik dan sinyal aperiodik. Sinyal aperiodik merupakan sinyal yang tidak memenuhi sifat periodik.


Gambar 2.3 Klasifikasi sinyal deterministik; periodik dan aperiodik

Ditetapkan T sebagai perioda berupa nilai real positif. Suatu sinyal waktu kontinyu x(t) dikatakan periodik terhadap waktu dengan periode T jika

x(t + T) = x(t) untuk semua nilai t, − ∞ < t < ∞

Sebagai catatan, jika x(t) merupakan periodik pada periode T, ini juga periodik dengan qT, dimana q merupakan nilai integer positif. Periode fundamental merupakan nilai positif terkecil T untuk persamaan (5). Suatu contoh, sinyal periodik memiliki persamaan seperti berikut:

x(t) = A cos(ωt + θ)

Disini A adalah amplitudo, ω adalah frekuensi dalam radian per detik (rad/detik), dan θ adalah fase dalam radian. Frekuensi f dalam hertz (Hz) atau siklus per detik adalah sebesar f = ω/2π.
Untuk melihat bahwa suatu fungsi sinusoida yang diberikan dalam persamaan berikut adalah fungsi periodik, untuk nilai pada variable waktu t, maka:

Sedemikian hingga fungsi sinusoida merupakan fungsi periodik dengan periode 2π/ω, nilai ini selanjutnya dikenal sebagai periode fundamentalnya. Sebuah sinyal dengan fungsi sinusoida x(t) = A cos(ωt+θ) diberikan pada Gambar 2.4, untuk nilai θ = −π/2 , dan f = 1 Hz.

 Gambar 2.4. Sinyal Periodik Sinusida

Perlu diperhatikan bahwa periodisitas tidak berarti harus berbentuk sinusoidal, perhatikan gelombang kotak berikut ini yang juga merupakan sinyal periodik.


 Gambar 2.5. Gelombang kotak; sebuah sinyal periodik

Dalam pembahasan yang lanjut nantinya akan dijelaskan bahwa gelombang kotak mempunyai bentuk fungsional (yaitu deret Fourier) sebagai berikut.



yaitu bahwa gelombang kotak tersusun atas superposisi (jumlahan) tak terhingga gelombang sinus dengan periode τ, τ /2, τ / 3, .... Hal terpenting yang terlihat di sini adalah bahwa komponen dengan periode τ /2, τ / 3, dst terus berulang setelah waktu τ yaitu S(t) = S(t + τ) dan gelombang kotak pada persamaan (1.7) merupakan sinyal periodik. Dari kenyataan ini sinyal periodik dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu periodik frekuensi tunggal (monofrequency) dan multifrekuensi (multifrequency).

 Gambar 2.6  Klasifikasi Sinyal Periodik; Frekuensi Tunggal dan Multifrekuensi

Periodisitas yang dinyatakan oleh persamaan (1.5) dan (1.6) mengimplikasikan bahwa sinyal periodik berulang sepanjang waktu, sehingga dengan demikian jenis sinyal aperiodik merupakan sinyal yang hanya ada pada suatu waktu yang tertentu saja. Misalkan tanggapan pendulum teredam yang dilepaskan dari posisi setimbang θ = θ0 pada saat t = 0 yang dinyatakan dengan persamaan berikut.

y(t) =θoe-ct cos(ωt)


 Gambar 2.7  Respon Transien

Sinyal ini hanya ada untuk waktu yang terhingga saja. Meskipun nilai e-ct > 0, untuk sebarang waktu t, sistem riil akan dibawa ke titik setimbang oleh efek pangkat-tinggi (higher order) daripada redaman. Respon sistem ini diperlihatkan pada Gambar 2.7.
Sinyal-sinyal yang hanya ada pada suatu jangkauan waktu yang tertentu saja disebut transien. Beberapa contoh untuk sinyal semacam ini adalah respon sistem terhadap eksitasi berupa impuls, sebuah ledakan, atau petir (halilintar). Kebalikan dari sebuah transien adalah sejenis fungsi aperiodik yang tak berhingga. Dalam hal ini periodisitas gagal tercapai karena satu atau lebih parameter penting sinyal berubah. Misalnya rerata sinyal berubah.

y(t) = at + b cos (ωt)

Pada Gambar 2.8 diperlihatkan satu contoh sinyal dengan rerata yang ubah waktu.


 Gambar 2.8  Sebuah Sinyal dengan Rerata Ubah Waktu

Sinyal seperti ini dapat terjadi pada sebuah mesin yang hampir (mendekati) rusak, sehingga karakter yang demikian sangat penting dalam usaha monitoring kondisi mesin. Jenis sinyal lain yang juga penting adalah sinyal dengan amplitude yang ubah waktu yang dapat dinyatakan dengan persamaan

y(t) = at cos (ωt)



Gambar 2.9  Sebuah Sinyal dengan Amplitude Ubah Waktu


Gambar 2.10  Sebuah Sinyal dengan Frekuensi Ubah Waktu

Sinyal juga dapat bervariasi dalam frekuensinya, misalnya pada persamaan berikut:

y(t) = a cos (ωt2)

Dengan demikian sinyal aperiodik dapat dibagi menjadi sinyal yang transien dan sinyal aperiodik tak berhingga (infinite aperiodic).
 

 Gambar 2.11. Klasifikasi Sinyal Aperiodik; Transien dan Infinite Aperiodic


2.1.3 Sinyal Diskrit

Pada teori system diskrit, lebih ditekankan pada pemrosesan sinyal yang berderetan. Pada sejumlah nilai x, dimana nilai yang ke-x pada deret x(n) akan dituliskan secara formal sebagai:

x = {x(n)}; −∞ < n < ∞

Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang ke-n dari suatu deret, persamaan di atas biasanya tidak disarankan untuk dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit diberikan seperti Gambar (4) Meskipun absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat penting untuk menyatakan bahwa x(n) hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n) tidak bernilai nol untuk n yang bukan integer; x(n) secara sederhana bukan merupakan bilangan selain integer dari n.

 Gambar 2.12 Contoh discrete time signal (a) Digital Periodik (b) n positif
                              (c) discrete time (d) digital non periodik.

Sekuen Impuls
Deret unit sample (unit-sampel sequence), δ(n), dinyatakan sebagai deret dengan nilai:

Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk sinyal diskrit dan system dnegan fungsi impuls pada sinyal kontinyu dan system. Deret unit sample biasanya disebut dengan impuls diskrit (diecrete-time impuls), atau disingkat impuls (impulse).


Gambar 2.13. Sinyal Impuls
 Sekuen Step



Deret unit step (unit-step sequence), u(n), mempunyai persamaan sebagai berikut:

Unit step dihubungkan dengan unit sample sebagai:

 Unit sample juga dapat dihubungkan dengan unit step sebagai:


δ(n) = u(n) − u(n− 1)

Gambar 2.14 Sekuen Step



Sinus Diskrit

Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya berbentuk an, dimana a adalah nilai real. Deret sinusoidal mempunyai nilai berbentuk Asin(ωon + φ).


 Gambar 2.15 Sinyal Sinus Diskrit

Deret y(n) dinyatakan berkalai (periodik) dengan nilai periode N apabila y(n) = y(n+N) untuk semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode 2π/ ω0 hanya pada saat nilai real ini berupa berupa bilangan integer. Parameter ω0 akan dinyatakan sebagai frekuensi dari sinusoidal atau eksponensial kompleks meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi ω0 dapat dipilih dari nilai jangkauan kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 < ω0 < 2π (atau -π < ω0 < π) karena deret sinusoidal atau eksponensial kompleks didapatkan dari nilai ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 2πk 0< 2π(k+1) identik untuk semua k sehingga didapatkan ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 0 < ω0 < 2π.

  
2.2   Perangkat yang Diperlukan
- Satu buah PC lengkap sound card dan OS Windows dan telah di-install perangkat lunak program aplikasi MATLAB.
- Satu set speaker aktif




2.3  Langkah-langkah Percobaan
Dalam percobaan ini, mahasiswa harus melakukan langkah-langkah sesuai petnjuk di bawah. Langkah-langkah tersebut harus dibuktikan dalam laporan dengan cara melampirkan PrtScr yang telah di crop untuk penyajian yang lebih bagus dalam laporan. Jawablah setiap pertanyaan dalam langkah-langkah percobaan !.



2.3.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida



  1. Di sini kita mencoba membangkitkan sinyal sinusoida untuk itu coba anda buat program seperti berikut:
%-------------------------------------------------
% Nama File : Pembangkik_Sinyal_Sinus.m
% Oleh          : Yulianto
%-------------------------------------------------
 Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*5);
plot(t,s1,’r’, 'linewidth',2)    % Tekan Enter

maka hasilnya adalah sebagai berikut:



 

Gambar 2.16. Contoh Sinyal Sinus

Sinyal yang terbangkit adalah sebuah sinus dengan amplitudo Amp = 1, frekuensi f = 5Hz dan fase awal θ = 0. Diharapkan sudah dipahami tiga parameter dasar pada sinyal sinus ini. Untuk lebih memahami coba lanjutkan dengan langkah berikut.

2. Lakukan perubahan pada nilai s1:

s1=sin(2*pi*t*10);

Dan perhatikan apa yang terjadi, kemudian ulangi untuk mengganti angka 10 dengan 15, dan 20. Perhatikan apa yang terjadi!.

3. Coba anda edit kembali program anda sehingga bentuknya persis seperti pada langkah 1, kemudian lanjutkan dengan melakukan perubahan pada nilai amplitudo, sehingga bentuk perintah pada s1 menjadi:

s1=2*sin(2*pi*t*5);

Coba perhatikan apa yang terjadi (prhatikan angka-angka sekala pada koordinat)? Lanjutkan dengan merubah nilai amplitudo menjadi 4, 5, 6,… sampai 20. Apa pengaruh perubahan amplitudo pada bentuk sinyal sinus?

4. Kembalikan program anda sehingga menjadi seperti pada langkah pertama. Sekarang coba anda lakukan sedikit perubahan sehingga perintah pada s1 menjadi:

s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/2);

Coba anda perhatikan, apa yang terjadi? Apa yang baru saja anda lakukan adalah merubah nilai fase awal sebuah sinyal dalam hal ini nilai θ = π/ 2 = 90o. Sekarang lanjutkan langkah anda dengan merubah nilai fase awal menjadi 45o, 120o, 180o, dan 225o. Amati bentuk sinyal sinus terbangkit, dan catat hasilnya.



2.3.2. Pembangkitan Sinyal Persegi

Di sini akan dibangkitkan sebuah sinyal persegi dengan karakteristik frekuensi dan amplitudo yang sama dengan sinyal sinus. Untuk melakukannya ikuti langkah berikut ini:

  1. Buat sebuah file baru dan beri nama coba_kotak.m kemudian buat program seperti berikut ini.
%-------------------------------------------------
% Nama File : Pembangki_Sinyal_Persegi.m
% Oleh          : Yulianto
%-------------------------------------------------
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=SQUARE(2*pi*5*t);
plot(t,s1,'linewidth',2)
axis([0 1 -1.2 1.2])

maka hasilnya adalah sebagai berikut:




Gambar 2.17. Contoh sinyal persegi terbangkit

Dari gambar 2.17 anda dapat melihat sebuah sinyal persegi dengan amplitudo bernilai 1 dan frekuensinya sebesar 5 Hz.

2. Coba anda lakukan satu perubahan dalam hal ini nilai frekuensinya anda rubah menjadi 10 Hz, 15 Hz, dan 20 Hz. Apa yang anda dapatkan?

3. Kembalikan bentuk program menjadi seperti pada langkah pertama. Sekarang coba anda rubah nilai fase awal menjadi 45o, 120o, 180o, dan 225o. Amati dan catat apa yang terjadi dengan sinyal persegi terbangkit.



2.3.3 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan


Di sini akan kita lakukan pembangkitan sinyal waktu diskrit. Sebagai langkah awal kita mulai dengan membangkitkan sebuah sekuenunit step. Sesuai dengan namanya, unit step berarti nilainya adalah satu satuan. Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini.

  1. Berikut ini akan dibuat program baru untuk membentuk gelombang unit step. Silahkan anda ketikkan perintah seperti program berikut ini dengan nama: Pembangkit_Unit_Step.m
%---------------------------------------------------
% Nama File : Pembangkit_Unit_Step.m
%Oleh           :
%---------------------------------------------------
L=input('Panjang Gelombang (>=40)=' )
P=input('Panjang Sekuen =' )
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
 




Gambar 2.18  Contoh Sekuen Step Terbangkit

2. Anda ulangi langkah pertama dengan cara menjalankan program anda dan masukan nilai untuk panjang gelombang dan panjang sekuen yang berbeda-beda. Catat apa yang terjadi?



2.3.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa

Di sini akan kita bangkitkan sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa, untuk itu ikuti langkah berikut ini:

1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.

%---------------------------------------------------
% Nama File : Pembangkit_Unit_Pulsa.m
%Oleh           :
%---------------------------------------------------
 L=input('Panjang Gelombang (>=40)=' )
P=input('Posisi Pulsa =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])





Gambar 2.19  Contoh sekuen pulsa terbangkit
2. Jalankan program diatas berulang-ulang dengan catatan nilai L dan P dirubah-subah sesuai kehendak anda, perhatikan apa yang terjadi? Catat apa yang anda lihat.



2.3.5  Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit

Pada bagian ini kita akan dicoba untuk membuat sebuah sinyal sinus diskrit. Secara umum sifat dasarnya memiliki kemiripan dengan sinus waktu kontinyu. Untuk itu ikuti langkah berikut

1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.
%---------------------------------------------------
% Nama File : Sinyal_Diskrit1.m
%Oleh           :
%---------------------------------------------------
 Fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
                   axis([0 1 -1.2 1.2])



 Gambar 2.20  Contoh Sinus Diskrit


2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 30, 40, 50, 60, 70, dan 80. Catat apa yang terjadi ?
3. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 18, 15, 12, 10, dan 8. Catat apa yang terjadi?



2.3.6  Pembangkitan Sirine

Di sini akan kita bangkitkan sebuah sinyal yang dapat memberikan keluaran berupa suara sirine. Karena keluarannya berupa suara maka selayaknya perlu dipasang speaker aktif yang kompatibel dengan komputer anda. Ikuti langkah-langkah berikut ini:
1.    Buat program baru dengan perintah seperti berikut dan jalankan!. Apa yang diperoleh.

%---------------------------------------------------
% Nama File : Sinyal_Sirine.m
%Oleh           :
%---------------------------------------------------
 Fs=8000;
dt=1/Fs;
dur=2.8;
t=0:dt:dur;
psi=2*pi*(100 + 200*t + 500*t.*t);
xx= 7.7*sin(psi);
sound(xx,fs);
psi=sirine;
save sirine;

2.  Tulis sirine pada command window MATLAB. Apa yang terjadi?
3.  Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 4000. Catat apa yang terjadi ?
4.  Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 16000. Catat apa yang terjadi?

2.3.7  Pembangkitan Nada DTMF
Di sini akan dibangkitkan sebuah sinyal yang dapat memberikan keluaran berupa nada DTMF. Ikuti langkah-langkah berikut ini:
1.  Buat program baru dengan perintah seperti berikut dan jalankan!. Apa yang diperoleh.

%---------------------------------------------------
% Nama File : Sinyal_Nada_DTMF.m
%Oleh           :
%---------------------------------------------------
% Freq : 1209 | 1336 | 1477
%-----------------------------------
% 697 : 1 | 2 | 3
%-----------------------------------
% 770 : 4 | 5 | 6
%-----------------------------------
% 852 : 7 | 8 | 9
%-----------------------------------
% 941 : * | 0 | #
%-----------------------------------
Fs=8000;
t=0:0.001:1.5;
y1=sin(2*pi*852*t)+sin(2*pi*1209*t);
y2=sin(2*pi*770*t)+sin(2*pi*1477*t);
y3=sin(2*pi*770*t)+sin(2*pi*1477*t);
y4=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1209*t);
y5=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1336*t);
y6=sin(2*pi*697*t)+sin(2*pi*1209*t);
y7=sin(2*pi*941*t)+sin(2*pi*1477*t);
wavplay(y1,Fs)
wavplay(y2,Fs)
wavplay(y3,Fs)
wavplay(y4,Fs)
wavplay(y5,Fs)
wavplay(y6,Fs)
wavplay(y7,Fs)

2.  Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 4000. Catat apa yang terjadi ?
3.  Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 16000. Catat apa yang terjadi?



2.3.8. Memanggil Contoh Suara yang Terdapat pada MATLAB


%-------------------------------------------------
% Nama File : Membaca_dan_Memainkan _File_wav.m
% Oleh          : Yulianto
%-------------------------------------------------
clear all;
load gong  %memanggil audio data (MAT files).
sound(y,Fs)

Jalankan program anda, dan anda akan mendengarkan orang tertawa. Coba anda gantikan kata gong dengan chirp, gong, handel, laughter, splat, dan train



2.3.9. Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav

Kita mulai bermain dengan file *.wav. Dalam hal ini dilakukan pemanggilan sinyal audio yang ada dalam hardisk. Langkah yang harus dilakukan adalah seperti berikut:

1. Simpanlah sebuah lagu ( misalnya: How_can_I_tell_her.wav) dalam format ”wav” pada folder: work dari MATLAB. Jika formatnya bukan ”wav”, maka perlu dikonversi terlebih dahulu ke dalam format ”wav” menggnakan program yang lain. Lalu buat file dengan nama: Membaca_dan_Memainkan _File_wav.m seperti berikut:
  
%-------------------------------------------------
% Nama File : Membaca_dan_Memainkan _File_wav.m
% Oleh          : Yulianto
%-------------------------------------------------
 Fs=16000;
y1=wavread(' How_can_I_tell_her.wav);
wavplay(y1,Fs,'async')   % Memainkan audio sinyal asli

2. Cobalah untuk menampilkan file audio yang telah anda panggil dalam bentuk grafik sebagai fungsi waktu. Perhatikan bentuk tampilan yang anda lihat. Apa yang anda catat dari hasil yang telah anda dapatkan tersebut?



2.4. Data dan Analisis

Anda telah melakukan berbagai langkah untuk percobaan pembangkitan sinyal baik diskrit mapun kontinyu dan anda juga sudah mempelajari bagaimana membaca  audio file .wav. dan mengaktifkan speaker melalui perintah dalam MATLAB. Yang harus anda lakukan adalah: mengujicoba setiap program di atas, memodifikasi sebagian untuk mempengaruhi pengaruhnya, mencatat dan menjawab setiap pertanyaan yang ada pada setiap langkah percobaan diatas.



2.5  Tugas

 Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Coba anda buat sebuah sinyal sinus dan anda simpan menjadi file *.wav.
2. Buat sebuah program yang terdiri dari beberapa gelombang sinus dengan frekuensi yang berbeda, kemudian jumlahkan, hasilnya simpan dengan menggunakan file *.wav. Pindahkan dari work Matlab, ke - file lain. Kemudian click dua kali. Apa yang terjadi?.
3. Buat sebuah program yang dapat membangkitkan sebuah bunyi yang mirip alarm.
4. Buatlah sebuah program sendiri yang mirip dengan program yang terdapat pada program MATLAB.
5. Buatlah program yang dapat membangkitkan gelombang diskrit eksponensial menaik dan teredam.
6. Buatlah program yang dapat membangkitkan gelombang kontimyu dan diskrit parabolik.














1 komentar: